LEBAH HUTAN APIS DORSATA
Lebah hutan Apis dorsata merupakan lebah madu Asia yang paling produktif menghasilkan madu, membuat sarang dengan hanya satu sisiran yang menggantung di dahan dan ranting pohon, langit-langit terbuka dan tebing jurang bebatuan, karena itu sampai sekarang para ilmuwan belum berhasil membudidayakan Apis dorsata dalam bentuk tertutup.
Lebah hutan Apis dorsata merupakan lebah madu Asia yang paling produktif menghasilkan madu, membuat sarang dengan hanya satu sisiran yang menggantung di dahan dan ranting pohon, langit-langit terbuka dan tebing jurang bebatuan, karena itu sampai sekarang para ilmuwan belum berhasil membudidayakan Apis dorsata dalam bentuk tertutup.
Sisiran sarang dapat mencapai 2 x 1
meter dengan hasil bisa mencapai 20 kg/sarang. Apis dorsata inilah yang
mempunyai tubuh paling besar dari spesies lebah madu lainnya. Spesies ini
berkembang hanya di kawasan sub-tropis dan tropis Asia, seperti Indonesia,
Phillipina, India, Nepal, dan tidak terdapat di luar Asia.
Di Indonesia masih dapat ditemukan
di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian dan di NTB maupun NTT. Di pulau Jawa
lebah ini sudah jarang ditemukan. Ada beberapa sebutan bagi lebah ini di
Indonesia, yaitu manye/muanyi (KalBar – danau Sentarum), tawon gong (Jawa),
tawon odeng (Sunda), labah gadang, labah gantuang, labah kabau, labah jawi
(Sumatera Barat) harinuan (Tapanuli), sedang dalam bahasa Inggris disebut giant
hone bee.
PERBEDAAN MADU HUTAN DAN MADU TERNAK
* etnis lebah hutan : Apis dorsata
Jenis lebah ternak : Apis cerana atau Apis melifera
* sarang lebah hutan berupa sisiran
yang menggantung di pohon,batu, gua dll sedang lebah ternak berada dalam kotak
(stup)
* Lebah madu hutan hanya mengambil
makanan langsung dari alam sedangkan lebah madu ternak mempunyai periode dimana
harus diberi gula sbg sumber pakannya.
* kadar air madu hutan tinggi (22 –
26%) karena sarang berada di luar dan terkena langsung pengaruh iklim, sedang
madu ternak sedang (17 – 22 %) karena sarang berada dalam kotak tertutup.
PANEN LESTARI
Panen untuk madu hutan berlainan
untuk masing-masing daerah sesuai dengan adat dan budaya setempat. Lazimnya di
beberapa daerah mengunakan cara panen dimalam hari karena lebah tidak bisa melihat
di malam hari.
Tapi di Danau Sentarum sudah
dilakukan juga panen di siang hari untuk sarang tikung. Hal ini dimaksud untuk
mengurangi angka terbunuhnya lebah karena kehilangan orientasi akibat panen
malam hari.
Saat ini beberapa daerah dampingan sudah
mulai menggunakan panen lestari, dimana untuk panen mereka hanya mengambil
bagian kepala madu saja sehingga lebah masih mempunyai persedian madu untuk
makanan untuk anak lebah, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi dewasa dan
membentuk koloni baru. Selain itu dengan panen lestari kalau bunga mencukupi
untuk makanan lebah hutan, mereka bisa memanen madu hingga 3x dalam setahun
dari yang awalnya hanya 1x panen dengan cara panen mengambil semua bagian
sarang.
PENGOLAHAN PASKA PANEN
Cara pengolahan yang lama adalah
dengan cara memeras sarang berserta dengan isinya. Hal ini menyebabkan madu
menjadi “kotor” dan terlihat kurang higienis karena madu akan bercampur dengan
sarang, anakan lebah dan juga kotoran yang ada didalam sarang.
Pengolahan paska panen yang baru
adalah dengan cara sarang dibuka bagian lilin penutup sarangnya, kemudian
sarang diiris tipis-tipis secara horisontal supaya madu bisa keluar lebih
cepat.
Irisan tersebut kemudian di letakan
di atas kain (ditiriskan) supaya madu menetes ke dalam tempat penampungan. Hal
ini menjadikan madu lebih higienis (tidak bercampur dengan kotoran dan
keringat), tidak bercampur dengan anak lebah sehingga madu bisa lebih tahan
lama. Setelah itu madu ditest dengan refraktometer untuk mengetahui kadar air
madu. Rata-rata kadar air madu hutan berkisar antara 24 – 26 %.
Tapi beberapa daerah bisa memanen
dengan kadar air hanya 20 %.Termasuk madu yang kami jual tersebut kadar air
17-22% Setelah itu madu dimasukan dalam jerigen untuk pengemasan lebih lanjut.
Madu hutan yang kami jual dengan kualitas super.
Madu hutan yang kami jual dengan kualitas super.